Potensi pengumuman kejutan dapat mengganggu rebound S&P 500 sebesar $3,3 triliun,seiring dengan ketakutan pertumbuhan global di awal Agustus yang memicu aksi jual terburuk tahun ini. Meski demikian, para investor kembali memegang kendali, dengan tolok ukur ekuitas pada tujuh sesi kemenangan beruntun. Investor menggelontorkan $5,5 miliar ke ekuitas AS dalam seminggu hingga Rabu, menurut data EPFR Global yang dikutip oleh Bank of America Corp.
Bill Dudley, kolumnis Bloomberg Opinion dan mantan kepala The Fed New York, berpendapat jika Powell nampaknya menunjukkan bahwa kebijakan moneter yang ketat tidak lagi diperlukan. Namun, Dudley tidak mengharapkan Powell untuk menentukan besaran pemotongan pertama, khususnya dengan laporan pekerjaan yang akan dirilis pada 6 September, yang akan dipertimbangkan oleh Fed sebelum keputusan kebijakan berikutnya pada 18 September.
Wall Street berharap gejolak pasar terburuk musim panas ini selesai, dengan S&P 500 hanya 2% di bawah titik tertingginya sepanjang masa. Para trader mengantisipasi pasar yang tenang ke depannya, sebagaimana dibuktikan oleh minat terbuka yang tinggi pada opsi taruhan pada penurunan Indeks Volatilitas Cboe, relatif terhadap kontrak yang bertaruh pada keuntungan.
Terlepas dari optimisme ini, para trader telah mengurangi taruhan besar mereka pada penurunan suku bunga September, sekarang diperkirakan sekitar 30 basis poin pelonggaran bulan depan. Ini menunjukkan bahwa risiko pasar yang dirasakan dari Jackson Hole berkurang, dengan investor yang tidak lagi mengharapkan pemotongan agresif, yang secara historis telah digunakan untuk melawan perlambatan pertumbuhan, menurut Hainlin dari US Bank.
Pidato ketua Fed di Jackson Hole biasanya tidak berdampak signifikan pada pasar saham kecuali jika pidato tersebut mendahului perubahan besar dalam kebijakan moneter. Penampilan Powell di Jackson Hole pada Agustus 2022, dimana dia memperingatkan perlunya mempertahankan kebijakan moneter yang ketat untuk memerangi inflasi, masih segar dalam ingatan para trader. Saham anjlok 3,4% hari itu dan anjlok 3,3% lagi pada minggu berikutnya.
Dengan tiga pertemuan penetapan kebijakan yang tersisa pada 2024, para trader bertaruh bahwa Fed akan menanggapi tanda-tanda pelemahan pasar tenaga kerja dengan memangkas suku bunga karena inflasi semakin mendekati target 2%. Harga konsumen yang mendasarinya menurun untuk bulan keempat berturut-turut pada bulan Juli, sedangkan data penjualan ritel yang kuat menunjukkan belanja konsumen yang kuat, yang memungkinkan para pejabat untuk mempertimbangkan sikap kebijakan yang tidak terlalu agresif.
Wall Street memperpanjang kenaikannya seiring melemahanya dolar pada hari Senin, menyusul kinerja pasar saham yang kuat minggu lalu. Harapan bahwa ekonomi AS akan terhindar dari resesi dan bahwa inflasi yang mendingin akan menyebabkan siklus pemotongan suku bunga telah menopang pasar.
Di AS, anggota Federal Reserve Mary Daly dan Austan Goolsbee baru-baru ini menyoroti kemungkinan pelonggaran pada bulan September. Berita acara rapat kebijakan terakhir, yang akan dirilis minggu ini, diharapkan akan memperkuat pandangan dovish ini. Pasar berjangka memperkirakan pergerakan seperempat poin, dengan peluang 25% untuk pemotongan 50 basis poin, tergantung pada laporan penggajian yang akan datang.
The Fed tidak sendirian dalam mempertimbangkan kebijakan yang lebih longgar. Bank sentral Swedia juga diperkirakan memangkas suku bunga minggu ini, berpotensi melebihi 50 basis poin. Di pasar mata uang, dolar turun 0,77% ke 146,47 yen, sementara euro menguat ke $1,103, tepat di bawah puncak minggu lalu di $1,1034.
Bahkan ketika pasar telah stabil, penting untuk diingat bahwa fundamental ekonomi dibalik aksi jual pasar global dua minggu lalu belum sepenuhnya hilang, seperti yang dicatat oleh ahli strategi makro Deutsche Bank Henry Allen.