Pada Senin, 2 September, minyak mentah berjangka Brent turun 21 sen (0,3%) menjadi $76,72 per barel, sedangkan minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) turun 14 sen (0,2%) menjadi $73,41. Keduanya telah mengalami penurunan yang signifikan pada Jumat lalu, dengan Brent turun 1,4% dan WTI turun 3,1%.
Saat ini, harga minyak mentah terlalu rendah, sedangkan permintaan minyak mentah belum memenuhi perkiraan optimis yang dibuat oleh OPEC untuk tahun 2024. Guna menjawab tantangan ini, hal pertama yang dapat dilakukan OPEC+ adalah mengejutkan pasar dengan membalikkan keputusannya untuk meningkatkan produksi pada kuartal keempat. Kedua, OPEC+ akan melanjutkan peningkatan produksi yang telah direncanakan, sehingga harga dapat melemah lebih lanjut dengan harapan bahwa harga yang lebih rendah pada akhirnya akan memacu pertumbuhan ekonomi yang lebih cepat dan permintaan yang lebih tinggi.
Para analis memperingatkan bahwa dengan momentum bearish saat ini, ada risiko nyata bahwa harga dapat jatuh ke posisi terendah dalam beberapa bulan. Meskipun begitu, OPEC+ akan terus melanjutkan rencana peningkatan produksi mulai bulan Oktober. Delapan anggota OPEC+ dijadwalkan untuk meningkatkan produksi sebesar 180.000 barel per hari (bph) pada Oktober, sebagai bagian dari rencana untuk membatalkan pengurangan pasokan baru-baru ini sebesar 2,2 juta bph sambil mempertahankan pengurangan lainnya hingga akhir 2025.
Keputusan untuk meningkatkan produksi dibuat dengan latar belakang perkiraan pertumbuhan permintaan yang kuat untuk sisa tahun 2024, yang sebagian besar didorong oleh pemulihan di China, importir minyak mentah terbesar di dunia. Namun, ada kekhawatiran bahwa peningkatan produksi yang lebih besar dari perkiraan dapat semakin membuat ketidakseimbangan persamaan permintaan-penawaran, yang memberikan tekanan tambahan pada harga.
Baik Brent maupun WTI telah membukukan kerugian selama dua bulan berturut-turut karena kekhawatiran akan permintaan AS dan Cina, meskipun ada gangguan baru-baru ini pada pasokan minyak Libya dan risiko pasokan yang terkait dengan konflik di Timur Tengah. Sementara ekspor Libya masih terhenti, Arabian Gulf Oil Company telah melanjutkan produksi hingga 120.000 bph untuk memenuhi kebutuhan domestik.
OPEC masih memperkirakan bahwa Cina akan menyumbang 700.000 barel perhari (bph) pada pertumbuhan permintaan global, sebuah perkiraan yang nampak semakin tidak realistis mengingat kondisi pasar saat ini. Impor minyak mentah China turun menjadi 9,97 juta bph pada Juli, level terendah sejak September 2022, dan turun dari 11,3 juta bph pada Juni. Selama tujuh bulan pertama tahun ini, impor minyak mentah rata-rata mencapai 10,90 juta bph, turun 2,9% dari periode yang sama di tahun 2023.
Pasar minyak saat ini menghadapi tantangan yang signifikan karena ekspektasi peningkatan produksi OPEC+ dan lemahnya permintaan di negara-negara ekonomi utama. Meskipun OPEC+ memiliki solusi potensial untuk mengatasi masalah ini, pasar tetap berhati-hati dan analis memperingatkan akan adanya penurunan harga lebih lanjut. Situasi ini semakin diperumit oleh tren impor minyak mentah China baru-baru ini, yang belum memenuhi ekspektasi, sehingga menambah ketidakpastian di pasar minyak global.